NETIZEN KEREN, NETIZEN YANG BERINTEGRITAS
- Beranda
- Kabar Revolusi Mental
- Berita Dan Artikel
- NETIZEN KEREN, NETIZEN YANG BERINTEGRITAS

NETIZEN KEREN, NETIZEN YANG BERINTEGRITAS
Microsoft merilis survei
Digital Civility Index (DCI) atau Indeks Keberadaban Digital yang mengukur
tingkat keberadaban pengguna internet. Menurut survei DCI tahun 2020, pengguna
internet Indonesia dianggap sebagai salah satu yang paling tidak sopan.
Jakarta
(09/03/21) Microsoft
menggelar survei pada 22 April hingga 5 Mei 2020 kepada 16.051 responden
berusia 18-74 tahun dari 32 negara di dunia. Metode survei dilakukan secara
digital dengan teknik sampling non probably sampling. Dari jumlah
responden 16.051, terdapat sebanyak 503 orang berasal dari Indonesia. Skor DCI
berkisar pada skala 0-100 poin. Semakin rendah nilainya, maka tingkat
kesopanan makin tinggi, begitu pula sebaliknya. Menurut hasil survei, Indonesia
mendapatkan skor 76 atau ranking ke 29 dari 32 negara. Negara yang memperoleh
ranking paling rendah atau ranking ke 32 secara global adalah Afrika Selatan.
Di tingkat Asia, skor
tersebut menempatkan Indonesia berada di posisi paling buncit atau “paling
tidak sopan di dunia maya.” Posisi paling sopan ditempati oleh Singapura (59), kemudian
disusul oleh Taiwan (61), Malaysia (63), Filipina (66), Thailand (69) dan
Vietnam (72). Tiga poin tertinggi dalam mengukur tingkat kesopanan netizen
Indonesia adalah mengenai hoaks dan scam, ujaran kebencian dan
deskriminasi.
Setelah melihat hasil
rilis itu, netizen Indonesia ramai-ramai menyampaikan respons
ketidaksetujuannya di kolom komentar akun Instagram Microsoft. Kejadian ini
sempat menjadi tranding topic nasional beberapa waktu lalu. Protes
paling banyak yang disampaikan oleh netizen adalah mengenai sample bahwa
responden tidak mewakili pengguna internet yang sebenarnya di Indonesia.
Menanggapi hal ini, pengamat media sosial, Enda Nasution, menyatakan bahwa daripada
memperdebatkan apakah hasil penelitian ini dapat digenerasilisasi atau tidak,
lebih baik menanggapinya sebagai sarana untuk bercermin dan memperbaiki diri.
Mirip dengan pendapat Enda Nasution, Pakar Budaya
dan Komunikasi Digital Firman Kurniawan menilai hasil survei DCI ada benarnya.
Firman kemudian melihatnya dalam konteks Pilpres dan Pilkada dimana ujaran
kebencian, hoaks, dan bullying ramai di jagat maya Indonesia.
Meski demikian, survei DCI Microsoft bukan
satu-satunya survei yang dilakukan terhadap netizen Indonesia. Sebelumnya telah
ada beberapa survei lain yang justru menunjukan hasil positif. Survei The
Smiling Report yang dirilis pada tahun 2009 oleh AB Better Business yang
berbasis di Swedia menyatakan bahwa netizen Indonesia adalah orang-orang yang paling
murah senyum. Sementara survei Pew Research tahun 2019 menunjukan orang
Indonesia sebagai masyarakat paling relijius. Dan survei yang dilakukan Charities
Aid Foundation (CAF) tahun 2018 menunjukan hasil bahwa orang Indonesia
paling murah hati. Bahkan dalam survei CAF ini, Indonesia menempati urutan
pertama dari 146 negara dengan sample sebanyak 150 ribu responden.
Tentu saja ini bukan persoalan survei, melainkan
persoalan karakter netizen saat berkomunikasi dan berinteraksi di dunia maya.
Meski banyak survei yang menunjukan hasil positif, namun survei DCI dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi untuk bercermin.
Sobat Revmen, dunia maya bukan sekedar dunia
tanpa resiko. Sebaliknya, dunia maya sarat dengan resiko karena memiliki
implikasi nyata. Mari bijak dalam menggunakan media sosial. Hati-hati dengan
jari, sebab ada UU ITE yang menanti. Sudah banyak contoh netizen yang dipidana
karena pencemaran nama baik, ujaran kebencian dan hoax.. #AyoBerubah
#IndonesiaBerintegritas.
Referensi:
Microsoft.com,
05/02/21
Kumparan.com,
24/02/21
Inet.detik.com,
05/04/21
Reporter: Robby Milana
Editor: Harod Novandi
Komentar pada Berita Ini (0)