MENELISIK PERAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA
- Beranda
- Kabar Revolusi Mental
- Berita Dan Artikel
- MENELISIK PERAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA

MENELISIK PERAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA
Agama
memiliki peran penting dalam memajukan bangsa dan negara. Kuncinya terletak
pada nilai toleransi antar umat beragama.
Jakarta
(13/11/2021) Hampir seluruh penduduk Indonesia memeluk agama. Berdasarkan data dari DirektoratJendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri), jumlah penduduk Indonesia yang memeluk agama sebesar 99,99
persen. Jumlah itu terdiri dari pemeluk agama Islam sebesar 86,88%, Kristen
7,49%, Katolik 3,09%, Hindu 1,71%, Buddha 0,75%, Aliran Kepercayaan 0,04% dan
Konghucu 0,03%. Fakta ini membuktikan bahwa agama memiliki peran yang penting
dalam keyakinan individu dan masyarakat Indonesia.
Bagi
individu, peran penting agama adalah menjadi kompas nilai-nilai untuk melakukan
kebaikan dan mencegah perilaku buruk. Bagi masyarakat, agama menjadi fondasi
nilai-nilai dalam membangun bangsa dan negara yang kokoh, damai dan toleran. PewResearch melaporkan bahwa sebanyak 83% masyarakat Indonesia menganggap
agama memiliki dampak yang sangat besar dalam pembangunan bangsa dan negara.
Peran agama ini muncul karena masyarakat menganggap terdapat sejumlah fungsi
penting agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut PhilipGoldberg, agama memiliki lima fungsi utama, yaitu: Pertama, Transmisi
atau pewarisan. Agama berfungsi meneruskan ke setiap generasi suatu “sense
of identity” melalui kebiasaan-kebiasaan, cerita, dan kelanjutan historis
yang dimiliki bersama. Kedua, Translasi atau penerjemahan. Agama
berfungsi untuk menolong individu-individu menafsirkan peristiwa-peristiwa
kehidupan, mendapatkan suatu rasa bermakna dan bertujuan, dan memahami
hubungan-hubungannya dengan keseluruhan yang lebih besar, baik dalam arti
sosial maupun kosmis.
Ketiga,
Transaksi. Agama
berfungsi untuk menciptakan dan mempertahankan suatu komunitas yang sehat dan
memberi tuntunan terhadap perilaku-perilaku moral dan hubungan-hubungan etis. Keempat,
Transformasi. Agama berfungsi sebagai pengembangan kedewasaan dan
pertumbuhan yang terus-menerus, menolong umat beragama untuk merasa lebih penuh
dan komplet. Kelima, Transendensi. Agama berfungsi untuk
memuaskan kerinduan untuk memperluas batasan-batasan diri yang dipersepsikan,
menjadi lebih sadar terhadap aspek kehidupan yang lebih sakral dan mengalami
penyatuan dengan dasar keberadaan yang mutlak.
Sebagai
negara multikultural, Indonesia tidak dapat menghindari keberagaman dalam
beragama. Sehingga setiap umat beragama mempunyai kewajiban untuk mengakui
sekaligus menghormati agama lain tanpa membeda-bedakan dan deskriminatif. Sikap
intoleransi dan deskriminatif ditenggarai bukan saja “menodai” kesucian agama,
melainkan juga dapat membuat agama kontraproduktif bagi pembangunan bangsa.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)
Muhadjir Effendy menjelaskan, pentingnya menerapkan prinsip-prinsip kemerdekaan
dan kebebasan untuk menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghormati antar
pemeluk agama yang berbeda dengan latar belakang sosial-budaya yang berbeda.
"Semboyan
Bhineka Tunggal Ika memiliki makna sesuai dengan keberagaman Indonesia yang
tidak hanya bersuku-suku, beras-ras, dan berbudaya, tetapi kita punya makna
yang jauh lebih luas bahwa kita memang ditakdirkan sebagai pribadi yang berbeda
satu sama lain namun tetap satu tujuan. Saya kira ini sebagai modal yang besar
untuk kita maju bersama membangun bangsa Indonesia," ucap Muhadjir.
Demi
menciptakan suasana damai, toleran dan produktif, agama mesti berjalan di kutub
“moderasi,” bukan kutub “supremasi.” Sehingga tidak ada satu kelompok yang
merasa lebih dominan dibanding kelompok lain. Untuk itu menurut Muhadjir
Effendy pemerintah terus mendorong dan memperkuat peran dan kapasitas
lembaga-lembaga agama, organisasi sosial keagamaan, tokoh agama, tokoh
masyarakat, para pemuda dan tokoh adat sebagai agen moderasi beragama. Di
samping itu, pemerintah juga berupaya untuk membangun ekosistem moderasi
beragama melalui penguatan 3 dimensi, yakni Dimensi Perencanaan, Dimensi
Kelembagaan dan Dimensi Regulasi. Menurut Muhadjir, toleransi antar umat
beragama menjadi kunci kemajuan bangsa.
Sobat
Revmen, dikarenakan fungsi-fungsi pentingnya, agama memiliki peran yang
signifikan di tengah masyarakat guna memajukan bangsa dan negara. Kuncinya
terletak pada toleransi antar umat beragama. Tanpa itu, mustahil pembangunan
dapat dilakukan, sebab bangsa dan negara akan dipenuhi oleh kecurigaan,
kebencian dan konflik. Sobat, kita dapat memberikan kontribusi nyata untuk
meningkatkan peran agama di tengah masyarakat. Caranya dapat berupa menghormati
tetangga yang berbeda agama, mengedepankan dialog jika terjadi perbedaan
pendapat dengan saudara-saudara yang memiliki agama berbeda dan selalu
menjadikan agama sebagai pendorong untuk menebar rahmatan lil ‘alamin. #AyoBerubah
#HariKerohanian #GotongRoyong
#Integritas #EtosKerja #ModerasiBeragama #ToleransiUmatBeragama
Referensi:
Huffpost.com.
(2011). Diakses tanggal 2 November 2021.
Katadata.co.id.
(2021). Diakses tanggal 2 November 2021.
Kemenkopmk.go.id.
(2021). Diakses tanggal 2 November 2021.
Mulyadi.
(2016), Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VI Edisi 02, hlm. 556-564.
Diakses tanggal 2 November 2021.
Pewresearch.com.
(2019). Diakses tanggal 2 November 2021.
Penulis:
Robby Milana
Komentar pada Berita Ini (0)