KAUM MUDA, MEDIA SOSIAL DAN NASIONALISME
- Beranda
- Kabar Revolusi Mental
- Berita Dan Artikel
- KAUM MUDA, MEDIA SOSIAL DAN NASIONALISME

KAUM MUDA, MEDIA SOSIAL DAN NASIONALISME
Penduduk
Indonesia didominasi oleh generasi Z dan milenial. Berdasarkan sensus Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa
(27,94 persen). Sementara jumlah generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa
(25,87 persen).
Jakarta
(24/02/21) Jika
menggunakan penggolongan kelompok penduduk milik William H. Frey, maka yang
disebut dengan generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga
tahun 2012. Sementara generasi milenial adalah
mereka yang lahir antara tahun 1981 hingga tahun 1996. Saat ini, rata-rata
generasi Z dan milenial berstatus pelajar dan mahasiswa. Mereka muda, melek
teknologi, dan memiliki energi yang berlimpah.
Dikarenakan melek teknologi,
kaum muda tanah air memiliki akses yang luas terhadap internet. Kaum muda,
media sosial dan semangat nasionalisme, merupakan tiga keyword yang
menarik untuk dielaborasi..
Berdasarkan survei
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2019-2020, penetrasi
pengguna internet di Indonesia didominasi oleh kelompok usia 15-19 tahun (91 persen),
disusul oleh kelompok usia 20-24 tahun (88,5 persen). Rata-rata pengguna
mengakses internet untuk membuka sosial media (51,5 persen) dan berkomunikasi
(32,9 persen).
Ini artinya, selain mendominasi jumlah populasi di Indonesia, kaum muda juga mendominasi penggunaan internet, atau lebih spesifik penggunaan media sosial. Sisi positifnya, kaum muda memiliki kemudahan-kemudahan dalam mengakses dan menyebarkan informasi, mencari hiburan, serta belajar melalui internet. Melalui media sosial juga kaum muda dapat menunjukan nasionalismenya terhadap tanah air.
Ada tiga indikator untuk
dapat melihat sejauh mana kaum muda masih memiliki rasa nasionalisme melalui
media sosial. Pertama, melihat hashtag yang digunakan kaum muda
pada momen-momen tertentu. Pada platform media sosial Facebook, Twitter atau
Instagram banyak bertebaran hashtag #nasionalisme, #toleransi, #DiversityIsBeautiful,
#indonesiatanpahoax, #nkri, #proudindonesia, #indonesiamaju, #lawanradikalisme,
#pahlawanindonesia, #indonesiabangkit, #nkrihargamati, dan lain-lain yang
merepresentasikan rasa nasionalisme kaum muda lewat media sosial.
Kedua, maraknya dukungan kaum muda terhadap situs-situs positif
yang dipertunjukan melalui media sosial. Beberapa situs positif yang didukung
kaum muda antara lain change.org, kitabisa.com, indorelawan.org, dan
goodnewsfromindonesia.id. Rata-rata, situs-situs positif tersebut didukung
karena bergerak dalam mengkampanyekan perubahan Indonesia, penolakan terhadap
hoax dan hate speech, donasi dan gotong royong, serta kampanye terhadap
hal-hal baik mengenai Indonesia.
Ketiga, melihat survei yang dilakukan sejumlah Lembaga. Survei yang dilakukan Wings Food misalnya menemukan fakta bahwa kaum muda memiliki nasionalisme yang tinggi. Menurut survei, hal ini dapat dilihat dari aktivitas kaum muda yang ditampilkan dalam akun media sosial masing-masing. Ada yang berusaha menebarkan virus minat baca dengan membuat perpustakaan keliling, ada yang melakukan usaha daur ulang sampah hingga mampu membangun proyek padat karya. Bahkan, ada pula yang berusaha menghijaukan lingkungan dengan menanam kembali sejumlah bibit pohon.