Cerita Kerukunan dari Desa Compang Ndejing
- Beranda
- Kabar Revolusi Mental
- Berita Dan Artikel
- Cerita Kerukunan dari Desa Compang Ndejing

Cerita Kerukunan dari Desa Compang Ndejing
Kabar
Foto: (sumber: jateng.tribunnews.com)
Menjadikan
pemimpin dari kalangan minoritas justru bukan jadi ancaman akan terjadinya
perpecahan. Dengan kepercayaan penuh, tonggak kepemimpinan dipegang. Karena
memang semangatnya melestarikan toleransi dan kerukunan, sekaligus pendidikan
politik bagi warganya.
Â
Sejak terpilih di tahun 2017 lalu, kisah menarik
seorang Kepala Desa (Kades) beda agama dengan warganya hingga kini terus
menarik untuk disimak. Kades Muslim itu diketahui bernama Ahmad Jabur (50 th) dan masih jadi
orang nomor satu di Desa Compang Ndejing, Kec Borong, Kab Manggarai Timur, NTT.
Desa ini diketahui dihuni oleh warga yang mayoritas beragama Katolik. Meski
pada awal cerita mencalonkan diri jadi Kades Dirinya mengaku sempat ragu, Ahmad
akhirnya terpilih berkat dukungan warga yang percaya penuh akan kemampuannya
memimpin desa.
Â
Kepada Kompas Dia
menuturkan, Dirinya terpilih karena tingkat kesadaran masyarakat sangat luar
biasa dalam hal toleransi hidup beragama. Mereka yang beragama Katolik tidak
pernah membedakan calon pemimpin dari agama lain. Saat pelantikan, Ahmad lalu
mengajak warga untuk terus menjaga toleransi. “Saat Saya dilantik, Saya imbau
kepada warga, Kita ini urus negara, bukan agama. Kita harus kompak membangun
Desa Compang Ndejing agar terus maju,†katanya.
Â
Dilansir dari katoliknews.com,
per Juli 2020, warga penganut Katolik di Desa Compang Ndejing berjumlah 2.227
orang; Islam, 108 orang; dan Kristen Protestan, 2 orang. Sementara itu, pada
Pilkades 2017, kata Ahmad, hanya ada 52 orang atau lima persen wajib pilih di
desa itu yang beragama Islam. Adapun sisanya beragama Katolik.
Â
Menurut salah seorang Warga Desa, Edi Dahal, Ahmad Bajur terpilih
karena warga lebih melihat pada kepribadiannya yang selama ini diketahui dekat
dengan warga, bahkan dalam suasana perbedaan itu Dia mampu merangkul warga
tanpa melihat latar belakang agama. “Kami pilih pemimpin desa, bukan pemimpin
agama, sehingga kami tidak pandang dia dari agama apa. Kami nilai Dia layak
jadi pemimpin desa,†kata Edi lagi.[i-[1]Â
Â
Ahmad yang diketahui sangat akrab dengan Pemuka Agama
dan gereja kerap meminta masukan yang dapat dilihat saat Dirinya memutuskan
mencalonkan diri dalam Pilkades. Begitu juga dengan perilakunya yang tidak
membedakan warga yang tidak hanya berbeda agama tetapi juga beda pilihan
politik.
Â
Kades Ahmad Bajur di saat pencalonan waktu itu memang
melibatkan pastor dan tokoh agama di desanya untuk mendapatkan pencerahan.
Hasil diskusi itu akhirnya memantapkan diri Ahmad maju jadi Kades. Para tokoh
agama dan masyarakat itu memastikan bahwa agama bukanlah halangan untuk menjadi
pemimpin. Akhirnya, pada tahun 2017 Ahmad pun terpilih setelah mengalahkan tiga
kandidatnya yang beragama Katolik. “Jika dilihat jumlah penduduk, secara logika
memang saya tidak terpilih sebagai kepala desa. Saya unggul 82 suara dari tiga orang
calon,†ungkap Ahmad.
Â
Sikap penuh toleransi ini, menurut Edi Dahal, adalah
kekuatan sekaligus modal utama Ahmad menang dalam Pilkades. Desa Compang
Ndejing sendiri selama ini diketahui sangat menjaga dan merawat toleransi dan
kerukunan dalam kesehariannya. Bentrok karena kasus berlatar belakang agama di
desa ini pun tidak pernah terjadi. “Kami hidup berdampingan dengan baik. Kami
di sini tidak pernah membedakan siapa mereka dan kita,†kata Edi lagi.
Â
Selain beda agama dengan pemimpin desa, Edi mengaku
sikap Ahmad terhadapnya juga telah memberikan pendidikan politik yang baik bagi
warga desa pada umumnya. Edi sendiri memang tidak memilih Ahmad saat Pilkades
ketika itu tetapi pascaterpilih menjadi Kades, Ahmad melibatkan Edi dalam
pembentukan perangkat desa. Oleh Ahmad, Edi diminta turut berpartisipasi dan
bekerja sama demi memajukan desa Compang Ndejing. “Tentu, ini merupakan
pendidikan politik yang baik,†ujar Edi.
Â
Usai terpilih, Ahmad mengakui memang ada sedikit
“riak†sebelum roda kepemimpinan desa siap dijalankan. Isu SARA dan agama
sempat santer terdengar bahkan setelah pemilihan masih ada suara-suara
kekecewaan dari warga yang tidak puas dengan hasil Pilkades. Kades terpilih,
Ahmad Bajur pun menilainya sebagai pembelajaran bagi iklim demokrasi di
desanya. Pendekatan dan tekad merangkul seluruh warga lantas jadi solusi
terbaik bagi masalah ini.
Â
Selain itu, dukungan warga mayoritas kepada Ahmad
diketahui memang tidak pernah surut. “Riak†tadi akhirnya dapat diredam. Ahmad
mengatakan, isu ini berhasil dipatahkan lewat gencarnya sosialisasi kerukunan
dan toleransi dari organisasi Berkat Komunitas Doa (KBG) di kampungnya dan
pastor paroki yang selalu mendidik warga dalam berbagai acara gereja perihal agama
yang bukan menjadi sebuah hambatan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin.
Â
“Kami di sini, tidak pernah omong agama, suku atau
ras. Di kampung ini, kami hidup sebagai sesama saudara yang selalu bersama
dalam suka dan duka,†kata Ahmad. Terjaganya kerukunan antarumat beragama ini,
menurut salah satu Tokoh Masyarakat Desa, Florianus Sujanjono, memang telah ada
sejak dulu. Belum pernah terjadi gesekan antara umat Islam dan Katolik di
Purang Mese, meskipun mereka hidup berdampingan. “Kami di sini, selalu di kenal
dengan toleransinya yang kuat. Belum pernah ada konflik antara umat Islam dan
Katolik di kampung kami,†ungkapnya lagi.
Â
Agama, kata Florianus, adalah urusan pribadi yang tidak
boleh dibawa dalam hubungan atau pergaulan di masyarakat. “Itu kunci kerukunan
kami di (wilayah desa—red) Purang Mese ini. Walaupun Kami beda agama tapi kami
tidak pernah omong agama saat duduk atau obrol bersama,†pungkasnya.
Â
Cerita kerukunan dan toleransi dari Desa Compang
Ndejing di Kab Manggarai Timur ini kembali menegaskan bahwa cita-cita yang sama
yaitu memajukan desa dan hidup dalam ketentraman adalah impian semua warga
untuk segera diwujudkan. Tanpa melihat latar belakang, apalagi agama, hidup
keseharian di desa jadi terasa damai dan aman. Meski dari desa kecil, inilah
potret kerukunan Indonesia dalam keberagaman yang sesungguhnya, potret sejati
dari Gerakan Indonesia Bersatu pula! (*)
Diolah dari berbagai sumber
Komentar pada Berita Ini (0)