Baharuddin Lopa, Legenda Pendekar Hukum yang Jujur dan Sederhana
- Beranda
- Kabar Revolusi Mental
- Berita Dan Artikel
- Baharuddin Lopa, Legenda Pendekar Hukum yang Jujur dan Sederhana

Baharuddin Lopa, Legenda Pendekar Hukum yang Jujur dan Sederhana
Nama Baharuddin Lopa akan selalu dikenang sebagai seorang jaksa agung yang memberikan teladan integritas sesungguhnya, lewat nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan kesederhanaan yang ia pegang teguh hingga akhir hayatnya.
Jakarta (29/03/21)
"Kendati kapal akan karam, tegakkan
hukum dan keadilan! Jangan takut menegakkan hukum dan jangan takut mati demi
menegakkan hukum!”. Petikan kalimat tersebut keluar dari seorang mantan
Jaksa Agung di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Baharuddin Lopa.
Setelah 19 tahun berpulang, namanya masih melegenda sebagai sosok pendekar
hukum yang lekat dengan semangat antikorupsinya. Baharuddin Lopa yang juga
pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia itu dikenal
sebagai sebagai sosok yang berani, jujur, sederhana, dan berintegritas tinggi
dalam menegakkan hukum. Yuk sobat Revmen, mari kita teladani dan simak kisah
inspiratif berikut, yha!
Pria kelahiran
Polewali Mandar, Sulawesi Barat, itu dikenal berprestasi sejak usia muda.
Bagaimana tidak? Saat usianya baru 23 tahun dan masih menjadi mahasiswa hukum
di Universitas Hasanudin, Lopa telah berkarir sebagai jaksa di Kajari Makassar
pada tahun 1958. Kemudian, di usianya yang baru 25 tahun ia dilantik menjadi
Bupati Majene. Selang dua tahun, Lopa lantas menjabat sebagai Kepala Kejaksaan
Tinggi di sejumlah wilayah, mulai dari Tarnate, Aceh, Kalimantan Barat,
Sulawesi Selatan, Pusdiklat Kejaksaan Agung di Jakarta, hingga menjadi Jaksa
Agung meski dengan masa jabatan yang singkat karena pria berkacamata itu
menghembuskan napas terakhirnya pada Juli 2001.
Selama memegang
jabatan publik dan berkarier sebagai jaksa, Lopa menunjukkan integritas dirinya
dengan tidak berkompromi pada hal ihwal korupsi. Ia tak gentar mengusut
kasus-kasus korupsi kelas kakap yang menyangkut para konglomerat Indonesia.
Tanpa pandang bulu, Lopa bahkan pernah menjebloskan mantan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Indonesia Bob Hasan, termasuk mengusut dugaan
kasus korupsi mantan Presiden Soeharto. Bahkan atas nama keadilan dan kebenaran,
ia pernah mengusut kasus pengadaan fiktif Al-Quran senilai Rp 2 juta yang
menyangkut karibnya sendiri, K.H. Badawi, sebagai Kepala Kanwil Agama Sulawesi
Selatan saat itu. Lopa yang anti dengan pemberian hadiah dalam bentuk apa pun
itu pernah menulis di kolom surat kabar, “Jangan
berikan uang kepada para jaksa. Jangan coba-coba menyuap para penegak hukum,
apa pun alasannya!”.
Selain jujur dan
berani, sosok Lopa juga dikenal dengan kesederhanaannya dan tidak mau
memanfaatkan fasilitas kedinasan di luar keperluan bekerja atau untuk urusan
keluarga. Telepon dinas di rumahnya selalu dikuncinya dan ia melarang siapa pun
di rumahnya memakainya. Pria kelahiran 27 Agustus 1935 itu juga melarang
istrinya menggunakan mobil dinas meski hanya untuk pergi ke pasar atau untuk
anaknya berangkat sekolah. Lopa pernah pula mengembalikan bensin mobil dinas
yang diisikan oleh rekan sesama jaksa.
Karena itu untuk
menambah penghasilannya, Lopa rajin menulis kolom di berbagai majalah dan surat
kabar, hingga membuka rental play station
dan warung telekomunikasi di samping rumahnya. Pada 1970-an Lopa bahkan pernah
menyuruh ajudannya untuk menyerahkan uang Rp 100 ribu pemberian hadiah dari
Gubernur Sulawesi Tenggara kala itu, ke panti jompo di Kendari ___ yang
mana nilai uang tersebut terbilang besar pada masanya. Parcel yang datang ke rumahnya pun akan selalu ia kembalikan. Lopa
mengatakan, “Dirinya tidak perlu diberi
hadiah karena ia memiliki gaji, yang perlu diberi hadiah adalah rakyat yang
susah”.
Selain itu sebagai
seorang pejabat, Lopa justru memilih penawaran mobil yang paling murah yakni
mobil Corona senilai Rp 30 juta, yang ia bayar dengan cara dicicil kepada Jusuf
Kalla yang dahulu merupakan pengusaha otomotif di Makassar. Lopa melakukan itu
semua bukan karena ia melarat, namun kesederhanaan memang ia pilih sebagai
jalan hidup ___ sekalipun dilingkupi dengan berbagai fasilitas
kemewahan sebagai seorang pejabat. Setidaknya, pria yang pernah menjabat
sebagai Duta Besar RI untuk Arab Saudi itu pernah mencatatkan kekayaan
pribadinya senilai Rp 1,9 miliar dan simpanan 20 ribu dollar AS. Lopa sendiri
pun merupakan keturunan bangsawan, kakeknya yang bernama Mandawari adalah
seorang Raja Balangnipa yang juga dikenal bersahaja di wilayah Polewali Mandar, Sulawesi Selatan.
Wilayah ini sekarang masuk ke dalam Provinsi Sulawesi Barat, ya sobat Revmen.
Di tengah
pemberitaan kasus-kasus korupsi yang santer di media massa, nama Baharuddin
Lopa akan selalu dikenang dan dirindukan sebagai jaksa yang amanah dan
berintegritas. Mari kita meneladani keberanian, kejujuran, dan
kesederhanaannya. Semoga kelak generasi penerus bangsa lainnya banyak yang
meneruskan jejak perubahan almarhum.
Sumber Foto:
https://www.liputan6.com/news/read/3874039/nama-baharudin-lopa-kembali-muncul-siapa-dia
Referensi:
Tirto.id, 3/7/18
Mojok.co, 4/11/19
Idntimes.com,
11/11/19
Lontar.id, 11/11/19
Era.id, 23/2/21
https://aclc.kpk.go.id/
Reporter: Melalusa Susthira K.
Editor: Wahyu Sujatmoko
Komentar pada Berita Ini (0)